Header Ads

Kasus DBD di Gunungkidul Mengalami Lonjakan, Dua Anak Meninggal Dunia


Gunungkidul - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Gunungkidul mencatat bahwa selama dua bulan pertama tahun 2024 terjadi lonjakan kasus demam berdarah dengue (DBD) sebanyak 220 kasus. Dari jumlah tersebut, dua anak berusia 5 tahun dan 10 tahun telah meninggal dunia.

Plt Kepala Dinkes Gunungkidul, Dewi Irawaty, mengungkapkan bahwa jumlah kasus DBD selama dua bulan terakhir tahun 2024 hampir setara dengan jumlah total kasus sepanjang tahun 2023. Pada tahun sebelumnya, tercatat 260 kasus DBD dengan satu kematian.

Adapun kapanewon dengan jumlah kasus DBD tertinggi terdapat di Wonosari dan Paliyan, walaupun data kasus di kedua kapanewon tersebut belum tersedia. Dewi menyoroti bahwa tingginya jumlah kasus di kedua wilayah tersebut berkaitan dengan kepadatan penduduk.

Menurut Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020, jumlah penduduk di Kapanewon Wonosari mencapai 88.643 jiwa dan Paliyan mencapai 33.442 jiwa. Wonosari memiliki luas wilayah 75,52 kilometer persegi sementara Paliyan 58,07 kilometer persegi.

Dewi menambahkan bahwa kasus DBD sangat dipengaruhi oleh musim, dimana musim hujan meningkatkan potensi perkembangbiakan nyamuk dan genangan air. Untuk itu, upaya pencegahan terus ditingkatkan dengan penyuluhan ke masyarakat untuk meningkatkan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui kegiatan 3M (menguras, mengubur, menutup) secara serentak.

Dalam upaya menekan kasus DBD, Dinkes Gunungkidul terus menyediakan pelayanan kesehatan tanpa memandang banyak atau sedikitnya kasus. Selain itu, mereka juga terus mengimbau masyarakat melalui kelompok kerja operasional (Pokjanal) kapanewon agar waspada terhadap DBD dan aktif dalam PSN.

Meskipun demikian, Dewi menyatakan bahwa Dinkes Gunungkidul belum memiliki rencana untuk mengikuti program wolbachia.

Di sisi lain, Direktur RSUD Wonosari, Heru Sulistyowati, menginformasikan bahwa terdapat 12 pasien DBD yang sedang dirawat di RSUD Wonosari per Kamis 29 Februari 2024. Dari jumlah tersebut, 7 pasien berada di ruang anak kelas III dan 5 pasien lainnya berada di ruang kelas I, II, dan VIP. Semuanya adalah anak-anak. Meskipun ruang perawatan anak penuh, tidak semua pasien menderita DBD, ada juga yang menderita penyakit lain seperti Pneumonia.

Sumber : https://jogjapolitan.harianjogja.com/read/2024/02/29/513/1166431/kasus-dbd-di-gunungkidul-melonjak-dua-anak-meninggal-dunia

Berita utama di 
  • Harianjogja.com : Pencegahan DBD, Gunungkidul Belum Terapkan Teknologi Nyamuk Wolbachia
  • Kompas.com : Kasus DBD Capai Ratusan, Stok Abate di Gunungkidul Habis
  • detikcom :DBD di Gunungkidul: 311 Kasus-Dinkes Kehabisan Stok Abate

No comments

Powered by Blogger.